TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Tasikmalaya mengadakan sosialisasi penting terkait Penyusunan Kajian Risiko Bencana (KRB) 2024.
Acara ini berlangsung di Ballroom Hotel Grand Metro, pada Rabu (17/7/2024) pagi dan dibuka langsung oleh Penjabat (PJ) Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah.
Pj Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa mayoritas bencana alam sulit dideteksi atau diprediksi. Oleh karena itu, menurutnya, yang paling penting adalah mempersiapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak bencana.
"Ambil contoh di Jepang saat terjadi tsunami. Yang paling penting adalah berapa banyak nyawa yang bisa diselamatkan karena kita tidak bisa memprediksi bencana," ujar Cheka.
Cheka menekankan bahwa penyusunan KRB menjadi krusial untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan ketika bencana terjadi.
"Sebagai manusia, kita tentu tidak menginginkan adanya bencana. Namun, kita harus siap menghadapi risikonya," tambahnya.
Cheka juga menyoroti perlunya peran aktif pentahelik, yaitu akademisi, pemerintah, dan pihak swasta dalam mendukung kajian ilmiah ini.
"Kajian ilmiah memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan hasil yang komprehensif dan aplikatif," tuturnya.
Meskipun penelusuran terkait indeks risiko bencana 2024 masih dilakukan, Cheka mencatat adanya penurunan indeks risiko bencana pada 2021.
"Alhamdulillah, tren ini menurun. Kami berharap dapat terus memperbaiki situasi ini dari tahun ke tahun. Tantangan kami semakin besar karena prediksi sulit dilakukan, sehingga yang bisa kami lakukan adalah kesiapsiagaan dan tanggap darurat," jelasnya.
Cheka juga menyebutkan bahwa kesiapan Kota Tasikmalaya dalam menghadapi bencana sudah cukup baik. "Misalnya, saat musim hujan, kita sudah tahu potensi bencana seperti puting beliung dan sebagainya," tambahnya.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, H. Ucu Anwar, menjelaskan bahwa KRB akan menjadi rujukan utama dalam setiap aktivitas pembangunan infrastruktur di Kota Tasikmalaya.
"Sebelum adanya KRB, kita sudah melakukan pemetaan wilayah yang memiliki potensi bencana tertentu. Namun, dengan adanya KRB, data tersebut akan semakin valid dan kuat," jelas Ucu.
Menurut Ucu, pemetaan ini memungkinkan BPBD untuk melakukan pencegahan dini dan mengurangi risiko bencana.
"Pencegahan ini dimungkinkan untuk mengurangi risiko, dengan tagline 'Kenali Bahayanya, Kurangi Risikonya'. Untuk mengenali bahaya, diawali dari pemetaan yang kami lakukan," tandasnya.
Acara sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di Kota Tasikmalaya. KRB 2024 menjadi landasan penting bagi BPBD dan seluruh stakeholder dalam mengembangkan strategi mitigasi bencana yang lebih efektif dan efisien.
Dalam acara tersebut, hadir pula perwakilan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD Jawa Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), konsultan, Forkopimda, unsur pentahelik, dan kepala BPBD se-Priangan Timur. Kehadiran mereka menandakan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi risiko bencana di daerah. (*)
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Deasy Mayasari |