TIMES JABAR, JAKARTA – Kota Wanning di Provinsi Hainan, China, menjadi pusat bagi pertukaran budaya yang abadi antara Indonesia dan Tionghoa perantauan. Di Distrik Xinglong, area permukiman yang disebut "Desa Indonesia" menjadi tempat bagi warga Tionghoa perantauan yang kembali dari Indonesia untuk menjaga tradisi dan adat istiadat Nusantara.
Perkebunan Perantau Tionghoa Xinglong, tempat di mana banyak warga Tionghoa perantauan menetap sejak 1950-an, menjadi simbol keberhasilan dalam mengembangkan ekonomi sosial setempat. Salah satu penduduk setempat, Cai Jinmei, yang kembali dari Bandung pada usia sembilan tahun, masih mempertahankan hubungan erat dengan Indonesia melalui bahasa, kuliner, dan pertukaran berita terbaru.
Di Xinglong, masakan Indonesia dipersembahkan oleh Liang Jinhua, pemilik restoran yang menyajikan hidangan autentik Indonesia yang memikat banyak pengunjung, termasuk turis asal Indonesia. Restoran ini menjadi tempat yang nyaman bagi warga Tionghoa perantauan dan keluarga mereka, memperkaya pengalaman wisata di Kota Wanning.
Tak jauh dari sana, "Kampung Bali" menjadi daya tarik lain bagi pengunjung yang ingin merasakan keindahan budaya Bali dan sejarah Tionghoa di Indonesia. Di sini, Zhong Chunyan, seorang guru tari, berhasil menciptakan program tarian baru yang memadukan gaya tarian Indonesia dan Tionghoa, menciptakan harmoni budaya yang menakjubkan.
Xinglong bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga menjadi jembatan budaya yang menghubungkan China dengan Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan langkah-langkah yang memfasilitasi pertukaran personel antara kedua negara, seperti yang dilakukan oleh Cai yang membawa keluarganya ke Indonesia, ikatan antara kedua bangsa ini akan terus terjalin dan terus berkembang untuk generasi mendatang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jejak Indonesia di Kota Wanning, China: Simbol Pertukaran Budaya yang Abadi
Pewarta | : Antara |
Editor | : Imadudin Muhammad |