TIMES JABAR, PACITAN – Di Desa Kebonsari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, tanaman kunyit tumbuh subur di tangan para petani setempat. Salah satunya Sokimin (67), yang telah membudidayakan rempah ini selama satu dekade.
“Kunyit banyak manfaatnya, permintaan pasar juga tinggi. Perawatannya mudah, jadi saya tertarik untuk menanamnya,” ujar Sokimin, Rabu (19/2/2025).
Sokimin selektif dalam memilih bibit. Ia memastikan kunyit berasal dari tanaman sehat, subur, dan bebas penyakit. “Rimpang harus cerah, segar, tidak lembek, dan punya banyak mata tunas,” katanya.
Lahan juga jadi perhatian utama. Ia memilih tanah gembur dan subur, menghindari tanah liat atau berpasir agar kunyit bisa tumbuh optimal. “Persiapan lahan yang baik menentukan hasil panen,” tambahnya.
Tanaman kunyit butuh waktu 9-12 bulan hingga siap panen. Tanda-tandanya? Daun mulai menguning. “Perawatannya tidak ribet. Yang penting tanah subur,” ungkapnya.
Dari sekali panen, Sokimin bisa menghasilkan lebih dari satu kuintal kunyit. “Harganya Rp4.000 per kilogram, sudah dipatok pembeli. Saya jual ke pengepul rempah yang lokasinya dekat rumah,” ujarnya.
Meski hasilnya menjanjikan, ia tak berencana memperluas lahan. “Di sini sudah banyak yang menanam kunyit, dan lahan yang saya punya ya segitu-segitu saja,” pungkasnya.
Budidaya kunyit di Kebonsari terus berlanjut untuk menopang ekonomi warga setempat tanpa perlu ekspansi besar-besaran. (*)
Oleh: Eka Susanti, Mahasiswa Magang Non Kependidikan STKIP PGRI Pacitan.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menilik Budidaya Kunyit di Pacitan, Potensi Cuan Tanpa Ekspansi Besar-besaran
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |