TIMES JABAR, CIANJUR – Kegiatan pelatihan seni dan musik tradisional Cianjur oleh seniman Cianjur yang melibatkan warga Jepang, Fumiko Toda dan Yoshino Kiyoike, memberikan gambaran yang sangat menggugah tentang bagaimana seni dan budaya lokal dapat diapresiasi dan dijaga bahkan oleh orang-orang dari luar negeri.
Dalam hal ini Fumiko yang belajar memainkan seruling Sunda dan Yoshino yang mempelajari lagu vokal Sunda Mekar, merupakan contoh nyata bahwa kecintaan terhadap seni tradisional tidak mengenal batasan geografis lintas negara.
"Ketika melihat kesungguhan mereka dalam mempelajari seni Cianjur, saya merasa terharu dan bertanya-tanya, mengapa banyak orang Cianjur sendiri yang tidak tertarik untuk mempelajari seni daerahnya. Padahal, orang dari luar negeri rela datang jauh-jauh hanya untuk mengenal lebih dalam dan mempersembahkan pertunjukan seni yang mereka bawa," kata seniman Cianjur Hadi Kusmayadi kepada TIMES Indonesia, Selasa (21/1/2025).
Peluang dan Tantangan
Menurut Hadi, acara Terasia di Cianjur memberikan kesempatan luar biasa bagi para seniman dari berbagai negara untuk berkumpul, belajar, dan berbagi keterampilan mereka, termasuk seni pertunjukan teater, seni rupa, kerajinan, pembuatan alat musik, dan banyak lagi.
"Saya merasa sangat beruntung bisa mengajarkan seni Cianjur langsung kepada mereka, terutama seni Mamaos dan lagu kaulinan barudak Sunda. Sebagai kenang-kenangan, mereka diberikan enam seruling Sunda, salah satunya untuk Fumiko, dan sebuah ikat kepala Sunda untuk Yoshino," ujarnya.
Ia menyebut kegiatan seperti ini tentunya membuka peluang besar bagi seniman Cianjur untuk memperkenalkan karya-karya mereka di panggung internasional. Namun, tantangannya adalah masih banyak seniman di Cianjur yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya menunjukkan potensi mereka ke dunia luar.
"Saya dan kang Faisal serta teman yang lainnya sepakat bahwa sudah saatnya seniman Cianjur tampil di kancah global. Saya berharap acara Terasia ini dapat terus berlanjut, dan masyarakat Cianjur, terutama generasi muda, tidak merasa malu untuk belajar seni tradisional mereka," imbuhnya.
Harapan dan Ajakan
Melihat Fumiko dan Yoshino dengan penuh semangat berlatih dan berusaha menguasai teknik-teknik dasar dalam memainkan seruling Sunda dan menyanyikan lagu Sunda Mekar, Hadi merasa bangga dan berharap ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Cianjur, khususnya generasi muda, untuk lebih menghargai dan melestarikan seni tradisional mereka.
Dikatakan Hadi, bahwa jika orang dari Jepang saja bisa dengan tulus belajar dan mengapresiasi seni Mamaos Cianjur, maka sudah seharusnya sebagai warga Cianjur lebih mencintai dan melestarikan seni budaya milik sendiri.
"Untuk itu kita semua harus merasa bangga akan warisan budaya Cianjur ini dan terus mengajak menjaga keberadaannya untuk saat ini dan generasi mendatang," ucapnya menuturkan dengan jelas dan lugas.
Sementara itu, Fumiko dan Yoshino keduanya sangat berterima kasih kepada panitia Terasia Cianjur, yang telah menyambutnya dengan ramah dan memberikan kesempatan untuk belajar serta mengapresiasi seni tradisional Cianjur.
"Kami selama ini telah merekam banyak pelajaran yang didapatkan perihal seni dan budaya Cianjur untuk dipelajari kembali ketika akan kembali ke Jepang," tandasnya menutup penyampaian dengan nada penuh semangat. (*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |