TIMES JABAR, BANJAR – Menjelang pergantian kepala daerah melalui pesta demokrasi yang sebentar lagi bakal digelar, salah satu tokoh eksponen Forum Peningkatan Status Kotif Banjar (FPSKB), Sulyanati berharap suasana kemitraan yang kritis dan strategis untuk memastikan langkah-langkah yang konstruktif untuk Banjar.
Pembina Yayasan Bantu Banjar yang pernah menjadi komisioner KPU ini berujar siapapun kelak yang terpilih, harus menghadirkan kepemimpinan kolaboratif.
"Karena salah satu ciri kota modern adalah menjadikan warganya sebagai subyek pembangunan, bukan sebatas objek," ujarnya kepada TIMES AIndonesia, Minggu (24/11/2024).
Notaris kenamaan di Priangan Timur ini mengurai bagaimana sejarah Kota Banjar berdiri sebagai sebuah daerah berstatus kota otonom yang dilahirkan dengan dorongan banyak mimpi.
"Utamanya adalah mimpi untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin untuk warganya," cetusnya.
Sejak berdiri pada tahun 2003, sebagai sebuah daerah baru pada konteks waktu itu, desentralisasi dan otonomi daerah menjadi sebuah gerakan yang masif dilakukan, sebagai upaya merespon tuntutan reformasi akan penguatan otonomi daerah dalam rezim UU No 22 Tahun 1999.
Maka tak ayal, disamping penyerahan kewenangan kepada daerah, Banjar juga memperoleh pelimpahan sumber daya untuk membangun infrastruktur dasar, pendidikan dasar dan akses pada fasilitas kesehatan yang harus dipastikan tersedia.
Setelah 21 tahun sudah Kota Banjar membangun, tentu sudah banyak kemajuan yang dicapai. Sekalipun demikian, urusan pemerintahan tidak akan pernah usai. Prioritas pemerintahan hari ini tidak saja berhenti pada urusan pemerintahan dasar.
"Namun tantangannya menjadi semakin kompleks dan berat. Ekspektasi masyarakat pun turut meningkat," tandasnya.
Ini merupakan dampak positif perubahan dari kehidupan warga Kota Banjar yang hari ini lebih baik jika dibandingkan masa lalu sebelum Banjar berotonomi.
"Sayangnya, cara kita mengukur kemajuan Kota Banjar dewasa ini tidak lagi dengan indikator-indikator subyektif tersebut. Kemajuan Kota Banjar harus dilihat dalam konteks konstelasi kabupaten atau kota di Jawa Barat. Sejauh mana Banjar berdaya saing dengan daerah lainnya di Jawa Barat," ungkapnya.
Berdasarkan data statistik Pemprov Jabar Tahun 2024 menunjukan bahwa Kota Banjar adalah daerah dengan kontribusi PDRB terkecil di Jawa Barat, yaitu 0,20 %. Angka tersebut merepresentasi bahwa ekonomi Banjar kalah prospektif dibanding daerah lain.
Menurutnya, agenda pembangunan kolektif saat ini adalah soal tantangan Banjar untuk "naik kelas". Perlu diingatkan kembali, bahwa mimpi besar dari para pendiri Kota banjar, disebutkan Eka Santosa, Ketua DPRD Jawa Barat (1999-2004) pada forum pembahasan Banjar sebagai daerah otonom waktu itu adalah memimpikan pada suatu saat Banjar akan sejajar dengan daerah lain.
"Sejajar dalam makna bahwa warga Banjar punya daya saing, bahkan lebih baik daripada daerah lain," sambungnya.
Pria yang akrab disapa kang Komeng ini juga teringat, ketika dalam salah satu kesempatan Mantan Gubernur Jawa Barat, R Nuriana (2003) waktu itu pernah berkelakar, “Banjar teh geuning leutik, sagede pelok. Bakal berhasil moal?"
"Namun saat itu para pejuang Banjar justru memiliki keyakinan; semakin kecil justru semakin cepat berhasil kalau bahasa sundanya kageroh. Itulah prinsip dasar kenapa Banjar harus menjadi Daerah Otonom. Justru karena kecil tingkat kesejahteraan akan lebih cepat juga tercapai," urainya.
Sehubungan dengan itu, Sulyanati berharap Pilkada menjadi moment penting untuk kembali memperbaharui gairah dalam merawat Banjar dan mengisi pembangunan Kota Banjar yang nyatanya lebih sulit daripada mendirikannya.
"Maka proposal yang saya ajukan, ketika Pilkada usai, saya menyerukan segenap aktor pembangunan kota ini bersatu dan berkolaborasi. Kita rajut gerakan bersama mengorkestrasi mimpi pembangunan Banjar disegala sektor. Alih-alih terjerembab dalam involusi politik dimana proses politik kita bergulat pada urusan tak berujung tanpa ukuran produktifitas. Mari kita bangun optimisme dalam mendorong pencapaian baru Kota ini. Mari kita bangun narasi bersama. Kita bangun Banjar dengan determinasi dan peta jalan yang jelas untuk dituju. Mari bangun sama-sama, kita Bantu Banjar," tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tokoh Eksponen FPSKB Sulyanati: Kota Banjar Masih Harus Mengejar Mimpi
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |