TIMES JABAR, BANDUNG – Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap krisis iklim, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci menuju masa depan yang berkelanjutan. Di Bandung, inisiatif itu hadir nyata lewat kemitraan strategis antara PermataBank dan Kota Baru Parahyangan (KBP) dalam program Green Mortgage — sebuah langkah yang menyatukan visi perbankan hijau, pembangunan ramah lingkungan, dan partisipasi masyarakat.
Melalui tema “Every Home We Build Is a Seed of Hope”, kedua institusi bersepakat bahwa setiap rumah yang dibangun bukan sekadar tempat tinggal, melainkan simbol kontribusi terhadap bumi. Setiap unit rumah hijau yang terjual akan diikuti dengan penanaman lima pohon produktif hasil hutan bukan kayu seperti durian, gaharu, dan pinang. Program ini menjadi bagian dari inisiatif “Adopt A Tree”, bekerja sama dengan Yayasan WWF Indonesia, yang berfokus pada konservasi kawasan Bukit Tigapuluh, Jambi, Selasa (21/10/2025).
“Kami ingin setiap keputusan finansial yang diambil nasabah juga berdampak sosial dan lingkungan,” ujar salah satu perwakilan PermataBank dalam sambutannya.
“Melalui Green Mortgage, kami ingin menghadirkan pembiayaan yang bukan hanya memudahkan kepemilikan rumah, tetapi juga menumbuhkan tanggung jawab ekologis,” ungkap Katharine Grace, Chief of Corporate Affairs and Sustainability Permata Bank.
Langkah Permata Bank ini lahir dari keyakinan bahwa pembangunan ekonomi tak boleh dipisahkan dari keberlanjutan lingkungan. Di saat sektor properti menjadi penyumbang signifikan terhadap emisi karbon global, program pembiayaan hijau seperti Green Mortgage menjadi jembatan menuju gaya hidup berkelanjutan di Indonesia.
Bagi Kota Baru Parahyangan, kolaborasi ini memperkuat komitmen mereka sebagai kawasan hunian berwawasan pendidikan dan lingkungan. Salah satu wujud konkretnya adalah keberhasilan Tatar Nilapadmi, kawasan hunian di KBP, meraih sertifikasi GREENSHIP Neighborhood Tahap Plan peringkat Gold dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
Sertifikasi ini bukan sekadar penghargaan simbolik. Kawasan tersebut dirancang dengan 36,93% area publik sebagai ruang terbuka hijau, menggunakan tanaman lokal, menyediakan jalur pejalan kaki dan sepeda terintegrasi, serta memperhatikan aksesibilitas untuk anak dan penyandang disabilitas. Pengelolaan limbah cair, pemanfaatan energi efisien, dan fasilitas transportasi publik menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep “Eco Town” yang diusung.
“Kota berkelanjutan bukan dibangun dalam sehari, tapi melalui konsistensi menjaga keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan alam,” ujar Ryan Brasali, Direktur Kota Baru Parahyangan.
“Kami ingin membuktikan bahwa kenyamanan hidup bisa sejalan dengan tanggung jawab terhadap bumi,” ujarnya.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana sinergi antara dunia perbankan, pengembang, dan organisasi lingkungan dapat menghasilkan perubahan nyata. Kolaborasi lintas sektor seperti ini menjadi model penting bagi masa depan pembangunan Indonesia yang lebih hijau dan tangguh terhadap perubahan iklim.
PermataBank dan KBP berharap langkah mereka dapat menjadi inspirasi bagi sektor lain untuk mengambil peran serupa. Sebab, menjaga bumi bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan, melainkan tanggung jawab kolektif setiap lapisan masyarakat — termasuk dunia bisnis.
Dan seperti pesan yang diusung dalam kolaborasi ini, setiap rumah, setiap pohon, dan setiap langkah kecil menuju keberlanjutan adalah “benih harapan” bagi masa depan bumi yang lebih baik. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bangun Masa Depan: Kolaborasi PermataBank dan Kota Baru Parahyangan untuk Kota Hijau Berkelanjutan
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Deasy Mayasari |