https://jabar.times.co.id/
Berita

Tekan Stunting, Pemkot Tasikmalaya Gencar Sosialisasikan 1000 Hari Pertama Kehidupan

Rabu, 16 Oktober 2024 - 20:57
Tekan Stunting, Pemkot Tasikmalaya Gencar Sosialisasikan 1000 Hari Pertama Kehidupan ejumlah pengurus RY/RW dan kader Posyandu antusias mengikuti sosialisasi 1000 HPK di Aula Kelurahan Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya. Rabu (16/10/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia) 

TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Permasalahan stunting masih menjadi permalahan krusial, Kota Tasikmalaya terus berihtiar menurunkan angka stunting melalui berbagai program sosialisasi, salah satunya adalah fokus pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 

Masa ini, yang dimulai dari terbentuknya janin hingga anak berusia dua tahun, dianggap sebagai periode emas untuk perkembangan anak. Melalui Gerakan 1000 HPK, Pemkot Tasikmalaya berharap dapat mengurangi laju stunting yang masih menjadi masalah serius di wilayah ini.

Menurut Iman Syaripudin Al Jabari, petugas Promosi Kesehatan (Promkes) dari salah satu puskesmas Kota Tasikmalaya, mengatakan periode 1000 HPK sangat krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam kegiatan sosialisasi di Aula Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, pada Rabu (10/10/2024). 

Sosialisasi ini sekaligus menjadi bagian dari kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diinisiasi oleh pemerintah kota Kota Tasikmalaya melalui Kelurahan Kahuripan. 

“Pada masa 1000 HPK, janin mulai membentuk organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru. Perkembangan tersebut kemudian berlanjut selama dua tahun pertama kehidupan, di mana anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan mengalami puncak perkembangan fungsi kognitif,” jelas Iman.

Ia menegaskan bahwa masa 1000 HPK sangat penting karena asupan gizi yang kurang pada periode ini dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan perkembangan anak di masa depan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun harus menjadi prioritas.

Stunting dan Tantangan Perilaku Hidup Sehat di Masyarakat

Meskipun pemahaman tentang pentingnya PHBS sudah cukup luas, Iman mengakui bahwa dalam praktiknya masih sulit diterapkan oleh sebagian besar masyarakat. Salah satu contohnya adalah kebiasaan mencuci tangan, yang sering diabaikan oleh masyarakat meskipun diketahui dapat mencegah berbagai penyakit.

"Masih banyak orang yang belum terbiasa mencuci tangan sebelum makan, bahkan untuk makanan sederhana seperti bala-bala. Padahal, bakteri yang ada di tangan bisa menjadi sumber penyakit,” ungkap Iman kepada TIMES Indonesia usai acara sosialisasi, Rabu (16/10/2024).

Untuk menekan angka stunting menurut Iman terus menggencarkan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat seperti pengurus RT/RW dan kader Posyandu. 

Para pengurus lingkungan dan kader Posyandu dinilai sebagai duta kesehatan yang paling tepat karena mereka mewakili pemerintah di tingkat akar rumput dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Di tempat yang sama Sekretaris Kelurahan Kahuripan, Aam Nurhayati, mengungkapkan bahwa angka stunting di wilayahnya tergolong cukup tinggi. Ia menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kemiskinan dan pola reproduksi yang tidak sehat menjadi penyebab utama stunting di daerahnya. 

"Kota Tasikmalaya saat ini menyandang predikat sebagai kota termiskin, dan hal ini sejalan dengan tingginya angka stunting di wilayah kami," ujar Aam.

Di Kelurahan Kahuripan menurut Aam jumlah kasus stunting sempat mencapai 134 anak. Namun, berkat upaya klarifikasi lapangan dan intervensi yang dilakukan, jumlah tersebut berhasil turun menjadi 34 kasus. Aam menegaskan bahwa upaya menurunkan angka stunting ini tidak mudah dan memerlukan pemantauan terus-menerus selama lima tahun ke depan.

Sementara itu Pipih, salah satu kader Posyandu, menambahkan bahwa faktor-faktor seperti pernikahan muda, pernikahan tua, dan jarak kelahiran yang terlalu dekat turut berperan dalam tingginya angka stunting di wilayah tersebut. 

"Keluarga yang memiliki risiko stunting perlu mendapatkan perhatian ekstra. Faktor reproduksi seperti kawin muda dan jarak kelahiran yang terlalu dekat sangat memengaruhi kesehatan reproduksi ibu dan anak," jelas Pipih.

Upaya dalam menekan angka stunting menurut Pipih haruslah mencerminkan komitmen dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. 

"Gerakan 1000 HPK serta sosialisasi PHBS merupakan bagian dari strategi holistik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, pengurus lingkungan, hingga kader Posyandu," tandas Pipih. 

Stunting sendiri menurutnya merupakan kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu akibat kekurangan gizi yang berlangsung lama, terutama pada masa 1000 HPK. 

Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan di bawah rata-rata untuk usianya, serta berisiko mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan kognitif. Penanganan stunting bukan hanya soal intervensi gizi, tetapi juga melibatkan pola hidup sehat secara keseluruhan.
Kesimpulan

Dengan fokus pada Gerakan 1000 HPK dan sosialisasi PHBS, Pemkot Tasikmalaya berharap dapat mempercepat penurunan angka stunting di wilayahnya. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah perubahan perilaku masyarakat dalam menjalankan pola hidup bersih dan sehat. 

"Tentunya, dukungan dari seluruh elemen masyarakat, terutama pengurus RT/RW dan kader Posyandu, menjadi kunci keberhasilan program ini. Pemantauan dan edukasi berkelanjutan sangat diperlukan agar generasi mendatang dapat tumbuh dengan sehat dan berkualitas," pungkasnya. (*)

Pewarta : Harniwan Obech
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.