TIMES JABAR, BANJAR – Praktik Belajar Lapangan (PBL) Kelompok 5 Marga Ayutha yang berjumlah 12 mahasiswa dari Universitas Siliwangi (Unsil), Kota Tasikmalaya di Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar menyasar sosialisasi terkait penanganan sampah rumah tangga.
Ketua Kelompok 5 Marga Ayutha, Ersya Sri Oktaviani, mengungkap bahwa PBL kali ini merupakan lanjutan dari PBL sebelumnya.
"Kami para mahasiswa dari jurusan Kesehatan Masyarakat itu, tengah mendompleng kesadaran masyarakat Desa Batulawang khususnya di Dusun Cimanggu soal penanganan sampah rumah tangga hingga 30 Januari 2025," urainya, Selasa (21/1/2025).
Ia menambahkan, PBL tahap pertama mengidentifikasi masalah dari dampak sampah yang tidak ditangani dengan baik.
"Tahap kedua ini, kami melakukan intervensi agar perilaku masyarakat dalam membuang atau mengelola sampah dilakukan dengan benar," kata Ersya Sri Oktaviani.
Pada PBL tahap pertama, kelompok ini menemukan dampak serius yang ditimbulkan akibat penanganan sampah dengan cara dibakar.
"Persoalannya muncul ketika diketahui bahwa masyarakat kena ispa, karena penanganan sampahnya dibakar. Dalam tahap dua ini, kami mengintervensi masyarakat agar sampah-samoah rumah tangga itu ditangani dengan cara dipilah terlebih dahulu," katanya.
Sampah yang di pilah selain mengurangi dampak terhadap kesehatan, akan memiliki nilai ekonomis jika bisa dimanfaatkan, baik itu didaur ulang, mau pun diproses menjadi pupuk kompos.
"Harapan kami dengan intervensi dalam PBL tahap dua ini, bisa merubah perilaku masyarakat Desa Batulawang untuk memperlakukan sampah dengan baik dan benar," lanjutnya.
Kepala Desa Batulawang, Yosep Erawan menyambut baik program PBL Mahasiwa Unsil ini. Menurutnya, itu akan memberi manfaat besar dan memberikan edukasi kepada masyarakat yang belum mengetahui cara menangani sampah dengan baik.
"Produksi sampah rumah tangga di Desa Batulawang ini kurang lebih 1,5 ton per hari. Rata-rata, penanganan sampahnya dengan cara dibakar, karena jumlah 1,5 ton itu belum bisa diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk dibuang ke TPA. Jadi penanganannya masih sederhana, dengan cara dibakar," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |