https://jabar.times.co.id/
Berita

Kemenag Luncurkan Program 1.000 Masjid Inklusif, Ramah Difabel dan Lansia, Bukan Lagi Sekadar Tempat Ibadah

Selasa, 24 Juni 2025 - 14:20
Kemenag Luncurkan Program 1.000 Masjid Inklusif, Ramah Difabel dan Lansia, Bukan Lagi Sekadar Tempat Ibadah Dirjen Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad saat kick-off Program Ngaji Fasholatan dan 1.000 Masjid Inklusif. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia)

TIMES JABAR, JAKARTA – Masjid sebagai pusat spiritual umat Islam kini mulai diperluas fungsinya menjadi ruang yang ramah bagi semua, termasuk kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan lansia. Langkah konkret dilakukan Kementerian Agama RI (Kemenag RI) dengan meluncurkan program 1.000 masjid inklusif yang berpihak pada aksesibilitas dan keadilan sosial, bersamaan dengan Kick-Off Program Ngaji Fasholatan di Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Program ini merupakan respons nyata atas temuan miris: dari 47 masjid yang disurvei acak oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta, hanya satu masjid yang memenuhi standar inklusivitas. Sisanya, masih belum ramah terhadap kelompok lansia dan disabilitas.

Masjid Harus Jadi Ruang Aman dan Memuliakan

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, menekankan pentingnya transformasi peran masjid. Bukan sekadar tempat sujud, tapi rumah yang memuliakan semua umat, tanpa diskriminasi.

"Bayangkan para lansia bisa datang ke masjid tanpa membebani anak-cucu. Bertemu teman seangkatannya, menyapa dan saling cerita. Itulah masjid yang kita idamkan," ujar Abu Rokhmad.

Arsad-Hidayat.jpgDirektur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Arsad Hidayat. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia)

Ia menegaskan bahwa gerakan ini bukan hanya pembenahan fisik, seperti jalur landai atau toilet khusus, tapi menyangkut cara pandang pengurus dan jemaah terhadap inklusivitas.

Masih Jauh dari Ideal

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Arsad Hidayat, menyebutkan bahwa kondisi masjid saat ini masih jauh dari ideal.

“Survei menunjukkan 46 dari 47 masjid belum ramah disabilitas dan lansia. Ini alarm keras bagi kita,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 23 juta penduduk Indonesia (8,5 persen) merupakan penyandang disabilitas. Arsad menolak anggapan bahwa mereka hanya cukup beribadah dari rumah.

"Masjid harus menjunjung prinsip keadilan akses. Semua berhak mendapat tempat di sana,” tegasnya.

Berbasis Regulasi dan Teknologi

Program 1.000 masjid inklusif ini mengacu pada Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 958 Tahun 2021 yang mengatur standar minimum sarana fisik dan pelatihan bagi pengelola masjid.

Fasilitas yang diutamakan antara lain jalur landai dan akses vertikal, toilet khusus disabilitas, dan edukasi dan pelatihan petugas masjid

“Masjid Istiqlal dan Masjid As-Syifa di Ciganjur sudah menjadi role model masjid inklusif,” kata Arsad.

Untuk memperluas jangkauan, pendaftaran program dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi Masjid (SIMAS) dan akan menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.

Sinergi Lintas Elemen Umat

Dalam acara peluncuran, turut hadir Koordinator Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, serta KH Masyhuri Malik, tokoh NU yang menyampaikan dukungannya terhadap gerakan ini sebagai wujud nyata pengamalan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

“Ini soal keadilan sosial. Siapa pun yang datang ke masjid, harus merasa aman, nyaman, dan dihormati,” pungkas Abu Rokhmad.(*)

Pewarta : Ahmad Nuril Fahmi
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.