TIMES JABAR, BONDOWOSO – Memasuki Bulan Safar, bulan kedua dalam kalender hijriah, sejumlah masyarakat di berbagai daerah termasuk di Bondowoso Jawa Timur menyambutnya dengan tradisi Tajin Safar.
Tajin Safar merupakan kuliner khas nusantara dengan resep turun temurun. Tajin safar biasanya hanya bisa dijumpai saat Bulan Safar saja.
Pada umumnya, Tajin Safar berbahan dasar tepung beras, tepung ketan dan gula merah.
Ciri khas dari Tajin Safar adalah tajin sumsum dipadukan dengan tajin padat berbentuk bulat dengan bahan tepung ketan.
Sebelum disajikan, Tajin Safar biasanya disiram santan, sehingga rasanya semakin nikmat.
Banyak cara penyajian Tajin Safar. Tergantung kreativitas daerah masing-masing.
Ada yang disajikan dengan toping mutiara sagu, nangka dan beberapa bahan pendukung lainnya. Bahkan juga diberi daun pandan agar aroma semakin menggoda.
Di Kabupaten Bondowoso dan sekitarnya, membuat Tajin Safar menjadi tradisi turun temurun. Tradisi membuat Tajin Safar ini juga dikenal dengan 'asafar'.
Salah seorang warga Bondowoso, Hasanah mengatakan, 'asafar' atau tradisi Tajin Safar sudah ada sejak dulu.
"Waktu saya masih kecil tradisi ini sudah ada. Buyut saya juga sudah melakukan hal serupa," kata perempuan 39 tahun ini.
Tampak Hasanah tengah mengaduk adonan bubur di panci besar. Dia tahu resep Tajin Safar ini sejak kecil, karena sering melihat orang tuanya dulu.
Bahkan orang tua dulu kata dia, mengajak anak perempuannya ikut membuat Tajin Safar.
Tentu tujuannya agar resep kearifan lokal ini tidak hilang. Menurutnya, tradisi dan resep Tajin Safar harus tetap dilestarikan dan diajarkan ke generasi selanjutnya.
"Tidak tahu ya kalau sekarang, apakah anak-anak muda bisa membuat Tajin Safar ini. Tapi sekarang kan bisa lihat internet dan YouTube," kata dia.
Tradisi Tajin Safar tidak hanya sekedar membuat bubur saja. Tetapi ada ritual dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Menurutnya, Tajin Safar disajikan menjadi beberapa porsi. Kemudian dibawa ke mushala terdekat. Setelah itu dikumpulkannya tetangga terdekat dan mengundang tokoh agama untuk melakukan ritual doa.
"Doa untuk keselamatan dan keberkahan rezeki kita masing-masing," jelas dia saat dikonfirmasi, Minggu (20/8/2023).
Selanjutnya Tajin Safar yang sudah didoakan itu, dimakan bersama-sama.
Tidak berhenti di situ saja, masyarakat juga mengantarkan Tajin Safar ke tetangga terdekat.
Sedekah Tajin Safar ini dikenal juga dengan tradisi 'ter-ater'. Menurut Hasanah, ada nilai untuk mempererat tali silaturahmi.
"Ya yang ibu-ibu membawa Tajin Safar, dan diantarkan ke tetangga terdekat. Sebaliknya jika tetangga membuat tajin, saya juga diberi," terang dia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sedekah Tajin Safar di Bondowoso, Tradisi yang Mengandung Nilai Silaturahmi
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Faizal R Arief |