https://jabar.times.co.id/
Kopi TIMES

Intoksikasi Organisasi Mahasiswa dan Transformational Leadership

Senin, 24 Juli 2023 - 15:00
Intoksikasi Organisasi Mahasiswa dan Transformational Leadership Isa ismail, Ketua Umum Forum Penggerak Literasi Sumatera Barat; Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIPIQ Sumatera Barat.

TIMES JABAR, SUMATERA“Realitas massa organisasi selalu menghilangkan Kualitas figur disaat nafsu birahi atas kekuasaan sedang memuncak. Mereka akan tetap berada dalam kungkungan dan menikmati sejarah kelam, sebab tidak bisa mengubah masa depan” – Isa ismail.

***

Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intoksikasi berarti kemabukan atau keracunan. Maka, intoksikasi organisasi mahasiswa dapat saya artikulasikan sebagai suatu kondisi kader organisasi mahasiswa, yang mengalami kemabukan oleh doktrin-doktrin senior organisasi.

Potret dari intoksikasi organisasi mahasiswa, dapat terlihat dari manifestasi kader-kader organisasi yang gila-gilaan menerima doktrin-doktrin yang dikeragui sumbernya. Mereka menelan semua doktrin yang diberikan sehingga membuat mabuk kehilangan arah dan keracunan atas kekuasaan secara kronis.

Tidak hanya itu, pun termanifestikan dari kader organisasi mahasiswa yang kadar intelektualnya yang menipis, akibatnya gerakan yang terbangun adalah gerakan yang pragmatis, serta tenggelam pada tarian-tarian politik gerbong. Tentu ini sangat jauh dari hakikat organisasi dan melenceng dari nilai-nilai kebenaran (Islam)

Jika menggali lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahan yang menumbuh-suburkan intoksikasi dalam organisasi mahasiswa ialah budaya senioritas. Senioritas dalam organisasi selalu menjadi momok yang menjijikan (berkonotasi negatif). Tidak heran kata demikian melekat, sebab realita dalam organisasi, senior selalu melakukan intervensi terhadap junior dengan dalih sebagai bentuk arahan, padahal sebetulnya mereka membentuk perpeloncoan.

Perpeloncoan yang dilakukan senior kepada junior dalam organisasi memang perilaku yang sangat disayangkan. Dengan dalih memberi arahan, padahal arahan yang disajikan ialah doktrin-doktrin yang membentuk sikap apastis junior. Mereka yang menggaungkan senioritas dalam organisasi mahasiswa, sebenarnya bukanlah masalah besar dengan catatan penting, sesuai tupoksinya. Sekali lagi, sesuai tupoksinya.

Kemudian, yang menjadi masalahnya ialah, budaya senioritas hari ini telah melebihi kata wajar. Adapun perilaku busuk senior dalam organisasi mahasiswa yang dapat menjadi racun, dan yang memabukan kader organisasi (Intoksitasi Organisasi) dapat saya kategorikan sebagai berikut. Pertama, tindakan dominasi, maksudnya ialah suatu upaya yang dilakukan oleh senior dalam mendoktrin juniornya agar mengikuti kehendak senior. Gerakan organisasi mahasiswa sekarang ini, dibangun untuk kepentingan seniornya. Tak ayal, jika organisasi selalu mengalami stagnasi gerakan secara akut.

Kedua, membangun konflik dalam organisasi, yakni perilaku busuk yang sering dibangun dalam suatu organisasi mahasiswa oleh senior, yang disuapi kepada junior semenjak basic training. Biasanya, konflik yang dibangun ialah konflik dengan organisasi lain, akan tetapi sering juga komflik didalam anggota seperti konflik antar sesama dalam merebutkan suatu posisi strategis.

Ternyata, intoksitasi organisasi tersebut dapat terjadi karena upaya senior memperlihatkan sikap superiornya, atau terjadi sebab taqlid buta junior kepada senior. Tentu tak sedikit juga junior yang selalu memposisikan senior sebagai tuhan, keberadaan tuhan, perkataan tuhan selalu benar dan tidak boleh dibantah. Tentu sikap demikian sangat paradoks dengan posisi mahasiswa. Teriakan “Hidup Mahasiswa” seakan-akan menjadi paradoks nan lucu jika bersanding dengan “Siap, apa perintah bang?”

Tentu kita dapat memaknai, teriakan “Hidup Mahasiswa” mempunyai makna yang dalam, yakni bentuk kemerdekaan berpikir dan tindakan mahasiswa dari segala macam bentuk kungkungan, intervensi, termasuk doktrin-doktrin senior yang menjadi racun dalam tumbuh kembangnya organisasi mahasiswa. Sedangkan “Siap. Apa perintah bang?” merupakan bentuk sikap tunduk dan patuh yang tidak mengedepankan kemerdekaan berpikir dan bertindak, bergantung kepada senior, pun hanya menjalankan perintah senior.

Jika, seandainya intoksikasi seperti ini masih terus berkembang. Tentu ini akan menjadi bencana besar, sebab mereka yang terjangkit racun demikian, tidak lagi bisa memerdekakan hidupnya, maka otomatis tidak akan mampu memerdekaan masyarakat dari penderitaannya. Organisasi ialah wadah menempa diri menjadi pendekar yang memperjuangkan kebenaran, jangan sampai pergerakan kader organisasi dibatasi oleh keotoriteran senior. Ingat, senior bukan tuhan yang semua perkataannya harus dijalankan.

Jika tidak mampu, maka solusi yang dapat saya ditawarkan ialah, copot semua jabatan yang dijadikan gaya-gayaan, lempar semua teori-teori, bakar semua buku-buku mahasiswa tersebut (Kalo memang baca buku), atau bubarkan organisasi mahasiswa! Jangan jadikan organisasi sebagai gerombolan orang-orang yan sok-sokan aktivis, namun masih terwabah racun doktrin senior, yang kita sebut Intoksikasi organisasi mahasiswa.

Transformational Leadership

Setiap manusia pada dasarnya ialah sudah terlahir sebagai seorang pemimpin, baik itu hanya memimpin diri sendiri ataupun juga dengan orang lain. Maka, melihat situasi yang telah kita bahas sebelumnya, maka organisasi butuh pemimpin yang sudah bisa mempimpin dirinya sendiri, sudah menempa dirinya melewati proses organik dalam organisasi, sudah berhasil menjadi figur inspirasi bagi orang lain. Secara singkat, pemimpin selalu berbicara kualitas seseorang, bukan berbicara gerbong mana dia berasal. Sebab, Hidup atau matinya suatu organisasi sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas seorang pemimpin organisasi tersebut.

Barangkali, sebagian orang dalam organisasi berpikir berada di posisi pimpinan itu sangat mudah, sebab hanya tinggal memerintah atau menyuruh anggota saja, padahal tidak demikian. Jika dianalogikan, sorang pemimpin layaknya sebuah lilin yang menyala di dalam ruangan yang gelap, maksudnya ialah, pemimpin selalu dan harus bisa menerangi hidup orang di sekelilingnya untuk keluar mencari cahaya yang lebih, walaupun dengan merugikan dirinya sendiri, layaknya lilin yang terbakar dan memang itu fungsi lilin, dia memiliki tujuan yang jelas (Visi).

Kemudian, kepemimpinan juga dapat dianalogikan sebagai layaknya supir, maksudnya ialah, supir bertugas membawa penumpang sampai ketujuan yang diinginkan dengan selamat, apabila supir mengemudi dengan ugal-ugalan, maka tentu penumpang akan kacau dan bisa jadi celaka. Kemudian, supir harus adaptif, jika seandainya kendaraan macet, maka supir akan pelan-pelan mengemudi dan penuh hati-hati. Begitupun dengan pemimpin dalam organisasi.

Dua analogi tersebut dan mengingat permasalahan dalam organisasi yang dibahas sebelumnya dapat dijadikan landasan berpijak kita dalam mencari seorang pemimpin yang layak secara kualitasnya. Menurut saya, organisasi demikian membutuhkan Transformational Leadership (Kepemimpinan transformasional). Merupakan gaya Pemimpin yang mampu membawa perubahan secara gerakan dan intelektual, mampu mengidentifikasi  perubahan apa yang harus dilakukan berangkat dari krisis organisasi. Biasanya gaya kepemimpinan transformasional tersebut, kuat dalam Self Confidence yakni melakukan perubahan berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Harapannya, mengingat krisis dalam organisasi mahasiswa hari ini, maka sudah selayaknya massa organisasi dipimpin oleh orang yang betul-betul berkualitas, bukan orang yang hanya modal nafsu birahi atas kekuasaan. Pilihlah pemimpin yang mampu membawa perubahan, yang bergerak atas kepentingan bersama dan tidak atas kehendak senior, bukan hanya untuk kelompok tertentu. Jika tidak mampu, sini saya ajarkan bagaimana memilih pemimpin dan bagaimana cara memimpin organisasi.

HIDUP MAHASISWA!!

***

*) Oleh : Isa ismail, Ketua Umum Forum Penggerak Literasi Sumatera Barat; Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIPIQ Sumatera Barat.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jabar just now

Welcome to TIMES Jabar

TIMES Jabar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.