TIMES JABAR, TASIKMALAYA – Akhirnya Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Unpad Prof. Muradi yang digadang-gadang menjadi kandidat calon kuat rektor pada Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Siliwangi (Unsil) memastikan diri untuk ikut bursa calon Rektor Unsil setelah melakukan pengambilan formulir pendaftaran pada Senin, 14 Desember 2021.
Kehadiran Muradi pada bursa calon rektor Unsil ini menjadi catatan sejarah karena pilrek kali ini merupakan bursa calon yang paling banyak dibanding pilrek tahun sebelumnya.
Muradi yang dikukuhkan jadi profesor di usia 42 tahun ini mengungkapkan untuk berkomitmen memfasilitasi penyelesaian masalah antara yayasan Unsil dengan Himpunan Pegawai Universitas Siliwangi terkait masalah purna bakti yang mengambang serta harta gono gini yang belum selesai dalam rentang dua tahun jika ditakdirkan menjadi rektor.
"Saya akan memfasilitasi permasalahan ini antara Himpus dan Yayasan Unsil, sebab persoalan seperti ini sulit bagi siapapun rektornya untuk fokus membawa Unsil untuk cepat berkembang lebih berkembang," ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Selasa (14/12/21).
Menurutnya persoalan itu harus segera diselesaikan, dirinya mengakui telah memiliki skema penyelesaian. "Saya sudah berbicara dengan Himpus untuk membantu memfasilitasi penyelesaiannya, agar permasalahan ini segera tuntas," ujar Muradi usai melakukan pengambilan formulir pendaftaran.
Hasil pengamatannya, ia menemukan fakta bahwa ada sejumlah dosen muda berkualitas yang kesulitan dalam proses jenjang kenaikan pangkat.
"Bisa kita lihat sekarang ini rata rata guru besar sebagian besar berusia di kisaran 60 tahun. Sehingga ada kesenjangan antara dosen senior dan dosen muda," tuturnya.
Tak heran untuk mengisi jabatan sejumlah pimpinan di Fakultas juga tampaknya sangat terbatas karena regenerasi melalui pendampingan tenaga pendidik tak berjalan maksimal.
"Dalam proses pengisian jabatan hal itu boleh jadi ada yang salah dalam pendampingan tenaga pendidiknya, sehingga perlu buka ruang yang lebih luas dalam memfasilitasi hak tenaga pendidik itu," harap Muradi.
Profesor berkacamata ini akan mendorong percepatan lektor ke lektor kepala dan dari lektor kepala jadi guru besar, sehingga kesenjangan bisa diminimalisir.
Ia menambahkan poin lain yang jadi perhatiannya adalah memberi perlakuan yang sama antara dosen ASN, PPPK yang selama ini terjadi ketimpangan
"Agar tidak terjadi ketimpangan nanti saya akan mengusulkan perubahan statuta sambil mendorong perubahan status dari Satker ke BLU dengan harapan terbuka celah lain untuk pengelolaan tambahan bagi kampus," ujar dia.
Perihal jejaring saat ini di Unsil menjadi perhatian Muradi, ia pun menyoroti lemahnya berakibat proses pengangkatan dosen, kenaikan jabatan dan lainnya ikutan terhambat.
"Saya berharap dengan skema tersebut, beban Unsil untuk mensejajarkan diri dengan PTN lain berkurang," pungkasnya.
Pewarta | : Antara |
Editor | : Irfan Anshori |