TIMES JABAR, BANDUNG – Ni Made Ayu Meylania Shintya Putri Saylendra, atau akrab disapa dengan Meylan, menjadi sorotan publik setelah dinobatkan sebagai peraih selempang Putri Padjadjaran 2025.
Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, mahasiswi Program Studi Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran (Unpad) ini membawa misi advokasi yang mendalam, berfokus pada pembentukan budaya kampus yang sehat, suportif, dan inklusif.
Meylan yang tinggal di Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, ini merupakan sosok multitalenta yang memiliki kegemaran menari dan bernyanyi. Aktivitasnya dapat diikuti melalui akun media sosial Instagram @meyyllania.
Jejak Prestasi dan Komitmen yang Terukir
Perjalanan Meylan menuju puncak kontes universitas telah melalui serangkaian pencapaian prestisius. Prestasinya dimulai dari gelar Winner of Putri Matematika 2024 dan Winner of Putri FMIPA 2024, yang kemudian mengantarkannya pada gelar Winner Putri Padjadjaran 2025.
Selain itu, dalam hal ini lebih lanjut dirinya juga diakui atas kontribusinya di organisasi dengan penghargaan prestisius “Most Cooperative in Student Regeneration” pada MIPA Awards 2024.
Di luar ajang pageant, komitmennya terhadap seni dan budaya terbukti melalui capaian seperti 2nd Place, Utsawa Dharma Gita – Palawakya Reading Competition (National Level) 2024, 3rd Place, Kabaret Festival (Provincial Level) 2022, dan 3rd Place, Populer Peace Singing Festival (International Level) 2021.
Jejaknya di dunia tari bahkan sudah dimulai sejak dini, seperti 2nd Place, Creative Dance Competition – Hindu Religious Arts Festival 2019 dan 1st Place, Sekar Jagat Dance Festival 2018. Daftar panjang prestasi ini menegaskan bahwa Meylan bukan sekadar wajah baru, melainkan pribadi dengan rekam jejak yang kuat.
Advokasi #CarvedInUs: Memilih dan Memperbarui Warisan Budaya
Meylan menuturkan, pengalaman sebagai Mojang Jajaka di masa SMA adalah "awal dari perjalanan yang menumbuhkan kecintaan saya pada dunia pageant." Ketertarikan tersebut kemudian berkembang menjadi komitmen serius yang ia lanjutkan di tingkat universitas.
Kemudian advokasi utamanya, yaitu #CarvedInUs, bertujuan untuk mengajak civitas akademika merefleksikan kembali nilai-nilai dan kebiasaan yang membentuk budaya kampus.
“Advokasi ini hadir sebagai pengingat bahwa setiap nilai, kebiasaan, dan budaya baik yang tumbuh di lingkungan organisasi maupun yang berakar dari tradisi membentuk ukiran yang melekat dalam diri kita,” katanya kepada TIMES Indonesia, Kamis (20/11/2025).
Melalui advokasi ini, Meylan secara tidak langsung mengajak agar masyarakat kampus berani memilih aspek budaya mana yang patut dilanjutkan dan memperbarui hal-hal yang sudah tidak selaras dengan lingkungan yang diinginkan.
"Harapannya tentu saya ingin melihat budaya kampus tumbuh menjadi ruang yang suportif dan inklusif, tanpa kehilangan jati diri dan akar nilai yang telah menuntun perjalanan," ungkapnya penuh harap sembari tersenyum manis.
Keseimbangan Tanggung Jawab dan Pesan untuk Generasi Muda
Dalam perjalanannya, Meylan mendapatkan peluang besar, terutama dari dukungan kuat keluarga dan teman-temannya. Ia mengatakan bahwa dukungan ini menjadi sumber kekuatan terbesarnya. Tantangan terberat yang ia hadapi adalah menyeimbangkan persiapan kompetisi dengan tanggung jawabnya sebagai Wakil Ketua Himpunan.
“Namun, melalui manajemen waktu yang matang, komitmen yang kuat, dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya, saya semakin yakin bahwa setiap langkah dalam perjalanan ini membawa saya pada versi terbaik dari diri saya,” ujarnya penuh keyakinan.
Lebih jauh ia berpesan kepada generasi muda bahwa mereka memegang peran penting dalam membentuk budaya yang lebih baik. Dia juga menegaskan perihal perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dan langkah itu bisa dimulai hari ini juga.
“Untuk itu dengan segala upaya yang dilakukan, mari bersama-sama menciptakan ruang yang lebih inklusif, suportif, dan penuh kesempatan baik di kampus, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya menutup penyampaian. (*)
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Faizal R Arief |