TIMES JABAR, JEMBER – Langkah Pemerintah Kabupaten Jember untuk mengamankan dan meningkatkan ketahanan pangan regional memasuki babak baru yang krusial.
Melalui Program Optimalisasi Lahan (OPLAH) 2025, Jember tidak hanya menargetkan peningkatan hasil panen, tetapi secara tegas memposisikan diri sebagai Lumbung Pangan Utama Jawa Timur, sebuah visi yang didukung oleh intervensi infrastruktur dan pemberdayaan petani.
Program OPLAH 2025 adalah jawaban atas tantangan global dan nasional mengenai ketersediaan pangan. Inisiatif ini berfokus pada tiga pilar utama meningkatkan produktivitas lahan yang ada, memperluas dan mengubah pola tanam (dari monokultur menjadi sistem yang lebih intensif), serta mendorong kemandirian pangan di tingkat desa dan kabupaten.
Bupati Jember Muhammad Fawait yang akrab disapa Gus Fawait, menegaskan urgensi program ini dalam sebuah acara tatap muka dengan kelompok tani.
Bersama Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Jember, Mochamad Sigit Boedi Ismoehartono, mereka menyoroti komitmen pemerintah untuk mendampingi petani.
"Kami tidak hanya ingin Jember panen. Kami ingin Jember menjadi jaminan pangan bagi Jawa Timur. OPLAH adalah investasi kita, bukan hanya di tanah, tapi pada masa depan petani kita. Dukungan 4.410 hektare lahan ini adalah modal awal kita menuju satu juta ton padi," ujar Fawai, Rabu (26/11/2025).
Secara teknis, total alokasi lahan yang diikutsertakan dalam OPLAH 2025 mencapai 4.410 hektare, melibatkan partisipasi langsung dari 107 kelompok tani yang tersebar di wilayah strategis Jember.
Ia menjelaskan jika seluruh kegiatan ini dijalankan melalui skema swakelola tipe IV, sebuah model yang dinilai efektif karena memberikan kewenangan penuh kepada kelompok tani untuk mengelola dana dan pelaksanaan.
"Model ini memangkas birokrasi dan meningkatkan rasa kepemilikan, sekaligus memastikan akuntabilitas langsung di tingkat petani," jelasnya.
"Inti dari keberhasilan OPLAH adalah intervensi nyata pada infrastruktur air. Program ini fokus pada pembangunan dan normalisasi saluran irigasi, termasuk pemasangan sistem pipanisasi modern sepanjang hampir 6 km di daerah-daerah yang rawan kekeringan musiman," tambahnya.
Sehingga ia menuturkan jika perbaikan irigasi ini membawa dampak transformatif lahan-lahan yang sebelumnya hanya bergantung pada musim dan hanya mampu mencapai Indeks Pertanaman (IP) 1 (satu kali tanam setahun) kini diproyeksikan mampu mencapai IP 2 (dua kali tanam) bahkan IP 3 (tiga kali tanam).
Peningkatan frekuensi tanam ini secara langsung melipatgandakan potensi pendapatan petani dan total produksi daerah.
Selain perbaikan infrastruktur, kelompok tani juga menerima insentif penting, yaitu dukungan biaya olah lahan dan alokasi pupuk urea non-subsidi sebanyak 30 kg/ha.
Bantuan ini signifikan mengingat fluktuasi harga pupuk dan biaya operasional awal tanam.
"Dengan solidnya capaian OPLAH 2025, Pemerintah Kabupaten Jember menaikkan target produksi padi secara drastis. Target ambisius untuk tahun 2026 ditetapkan pada 1 juta ton gabah kering giling, meningkat hampir dua kali lipat dari produksi saat ini yang berada di angka 602 ribu ton," ungkapnya.
Peningkatan produksi ini diproyeksikan akan memberikan dampak ekonomi ganda (multiplier effect):
1. Peningkatan Kesejahteraan Petani: Kenaikan IP akan meningkatkan pendapatan tahunan petani.
2. Stabilitas Harga Lokal: Suplai yang melimpah akan menjaga stabilitas harga beras di pasar Jawa Timur.
3. Penguatan Neraca Perdagangan: Jember akan menjadi kontributor utama surplus pangan di Jawa Timur.
Harapan besar ini tercermin jelas dari respons akar rumput. Usulan untuk Program OPLAH tahun 2026 telah mencapai 11.000 hektare, jauh di atas kuota awal yang hanya dialokasikan sekitar 5.000 hektare.
Besarnya permintaan ini adalah bukti nyata dari keberhasilan OPLAH 2025 dan menjadi sinyal optimisme bahwa Jember benar-benar berada di jalur yang tepat untuk menjadi benteng ketahanan pangan regional. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jember Menuju Puncak Ketahanan Pangan, Mengupas Tuntas Program Optimalisasi Lahan (OPLAH) 2025
| Pewarta | : M Abdul Basid |
| Editor | : Dody Bayu Prasetyo |