TIMES JABAR, BANJAR – Seusai ditemukannya beberapa batu prasejarah di Citapen, Dusun Tundagan, Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar, terkuak adanya tempat yang sejak lama dianggap sakral oleh warga setempat.
Adalah Batu Kasur, yang konon berdasarkan legenda Sangkuriang dikaitkan dengan peninggalan Sangkuriang yang jatuh saat akan diserahkan ke Dayang Sumbi sebagai seserahan.
Ini dikisahkan Ki Demang Wangsafyudin SH, salah satu budayawan asal Desa Batulawang yang dituturkan berdasarkan buku sejarah Jawa Barat yang disusun Profesor Yosef Iskandar bertajuk Yuganing Rajakawasa.
Batu kasur dalam catatan Mesolitikum atau Zaman Batu Madya yaitu suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, terbentuk akibat letusan gunung berapi dari dataran tinggi Bandung yang diduga terjadi antara 10 ribu hingga 40 ribu tahun yang lalu.
"Nah, sekitaran tahun 1965-an, tepatnya pada masa orde baru, batu tersebut masih terjaga kemurnian dan keasliannya. Batu kasur tertata seperti benteng pertahanan, bagus sekali. Kalau dilihat indah sekali dan memiliki nilai magic yang kuat sehingga sering dijadikan tempat untuk bertapa," kisah Ki Demang kepada Times Indonesia, Senin (15/12/2025).

Kepala Desa Batulawang didampingi Kabid Kebudayaan ungkap jika batu yang ditemukan adalah bagian dari Batu Kasur. (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
Kawasan Batu Kasur tersebut mulai di exploitasi pada tahun 1969. Saat itu, Procit tengah membuat bendungan Dobo dan dilanjutkan dengan pembangunan bendungan Manganti pada tahun 1971 hingga 1980 batu-batu tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan yang lainnya.
Keberadaan batu gamelan, dikatakan Ki Demang, sudah dikenal sejak jaman dahulu dimana warga yang akan menggelar hajatan dan membutuhkan batu gamelan untuk ronggeng gunung maka akan melakukan ritual membakar kemenyan dan menyediakan sesajen. "Setelah ritual, maka akan keluar batu-batu gamelan tersebut," cetusnya.
Batu-batu gamelan itu berada di bawah Curug yang berada di perkebunan Karet dan dibawah Batu Kasur. "Jadi sejak dulu memang sudah ada batu gamelan tersebut tapi setelah tahun 1970-an, tiba-tiba batu tersebut menghilang dan informasinya sekarang sudah ditemukan kembali," katanya.
Ki Demang berharap, batu-batu tersebut tidak dipindahkan dan disimpan sebagai batu peninggalan pra sejarah serta dijadikan situs cagar budaya agar tetap terjaga sebagai benda purbakala yang dilindungi.
"Kami juga meminta pihak-pihak berwenang untuk melindungi lokasi tersebut dan melestarikan batu kasur karena hingga kini masih saja ada yang mengekspolitasinya," katanya.
Lebih lanjut, Ki Demang mengungkap bahwa pada jaman dahulu, di malam-malam tertentu khususnya di malam bulan purnama, warga Desa Batulawang akan mendengar suara gamelan secara misterius dari arah Batu Kasur.
"Sementara dari arah Pasir Galadak, Pacor terdengar suara lisung yang ditumbuk-tumbuk. Seiring dengan padatnya pemukiman, suara-suara tersebut alhirnya tak terdengar lagi di tahun 1980-an," tutur Ki Demang.
Hal senada diungkap Mayang, salah satu warga Batulawang yang membenarkan keanehan suara gamelan pada malam purnama berdasarkan cerita para sesepuh di desanya. "Betul bahwa dulu sering muncul suara gamelan seperti halnya ronggeng, terdengar seperti hajatan aja," ungkapnya.
Menurut kisah nenek moyangnya, Batu Kasur dan Pasir Gedogan merupakan tempat yang disakralkan oleh warga karena dipercaya sering dijadikan tempat berkumpulnya para leluhur. "Berdasarkan cerita para kasepuhan, tempat itu sangat disakralkan karena menjadi tempat berkumpulnya para karuhun," jelasnya.
Bahkan, tambah Mayang, jika suara gamelan terdengar aelalu diiringi dengan kemunculan kuda-kuda yang berkeliaran di perkampungan. "Ada juga kasepuhan yang mengaitkan tempat tersebut dengan Prabu Siliwangi," katanya.
Batu Kasur menjadi populer usai Kepala Desa Batulawang, Yosep Erawan menolak penyebutan nama Batu Gamelan pada batu-batu artefak yang diamankan oleh pemerhati budaya di kawasan Citapen. "Batu itu sejak dahulu sudah ada dan sangat kami sakralkan," katanya.
Yosep berharap aset desa berupa batu purbakala yang diamankan ke Pendopo Wali Kota dapat dijaga dengan baik. "Saya mendukung program pemerintah dalam melestarikan peninggalan-peninggalan purbakala tersebut," jelasnya. (*)
| Pewarta | : Sussie |
| Editor | : Faizal R Arief |