TIMES JABAR, BANDUNG – Jatuh bangun dalam usaha itu hal biasa. Namun untuk tetap bisa eksis dibutuhkan kekuatan mental dan berbagai strategi. Hal itu yang dialami Kusmayadi. Terdampak krisis moneter 1998, ia banting setir mengubah usaha percetakan yang bangkrut menjadi bisnis di bidang ekspedisi.
Kusmayadi menceritakan bahwa dirinya dulu adalah rekanan tetap PT Pos dan Telkom dalam penyediaan lembaran cetak untuk melayani pelanggan kedua institusi tersebut.
Pada waktu itu belum ada teknologi digital, semua kebutuhan input informasi harus dilalui melalui isian pada lembar yang disediakan. "Namun, setelah beberapa tahun menjadi rekanan, usaha tersebut harus terhenti akibat krisi moneter di tahun 1998," ujar Kusmayadi.
Sarah, Direktur Utama PT Putera Sarana Usaha (FOTO: Djarot/TIMES Indonesia)
Pada waktu itu, usahanya sebagai rekanan PT Pos dan Telkom berhenti karena harga kertas melonjak berkali lipat seiring dengan nilai tukar dolar yang melonjak hingga Rp17.000 per 1 dolar AS.
"Otomatis, harga bahan baku mengikuti harga dolar AS dan kita tidak bisa mengikutinya," ujar Kusmayadi.
Saat itu karyawan mencapai 80 orang, mesin cetak ada 8 unit, mesin potong 1 unit dan kendaraan untuk antar barang ada 3 unit. "Semuanya habis termasuk tanah waktu itu juga dijual karena kami tidak bisa meneruskan usaha cetak tersebut, itu kejadian di tahun 1998," tutur Kusmayadi.
Sejak saat itu, Kusmayadi menganggur. Lalu, usaha ekspedisi Putera Sarana Usaha dimulai pada 2006.
Komisaris, Direktur Utama, Direktur Keuangan, Sukma Fitria Putri, M.Si dan karyawan karyawati PT Putera Sarana Usaha (FOTO: Djarot/TIMES Indonesia)
"Selama 8 tahun menganggur tersebut, kebanyakan waktu, pikiran dan tenaga saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan hingga sampai bisa mendampingi proses pembuatan jalan aspal di Jalan Permata ini," ujar Kusmayadi.
Di masa-masa sulit tersebut, sang istri pun harus membantu perekonomian dengan berjualan baju secara eceran, berjualan kain dan sebagainya. "Untuk mencukupi kebutuhan harian, walau pendapatan belum bisa mencukupi tetapi kami jalani saja kehidupan tersebut," tutur Kusmayadi.
Dia mengaku saat itu belum bisa berkontribusi banyak untuk keluarga. "Tetapi saya bisa berkontribusi untuk masyarakat. Yang penting tidak diam saja, tetapi bergerak untuk kesalehan sosial," ulas Kusmayadi.
Pada 2002, ia terinspirasi untuk membuat perusahaan karena waktu menjalankan usaha percetakan dirinya memakai 'bendera' usaha milik orang lain. Kemudian, urusan legalitas dimulai dari akta notaris sampai semuanya lengkap.
"Lalu terinspirasi untuk difotokopi dan dibagikan ke 30 perusahaan, baik dititip langsung ke satpam ataupun ke staf internal sebagai bentuk permohonan kerja sama," ujarnya.
Ia yakin, dari 30 proposal yang disebarkan itu setidaknya ada yang bisa tembus berhasil menarik minat perusahaan untuk bekerja sama.
"Saya mengibaratkannya seperti memancing di kolam ikan, kalau saya sebar alat pancing 30 buah, pasti salah satunya akan dapat ikan," jelas Kusmayadi.
Ternyata, lanjutnya, ia harus menjalani penantian yang cukup lama hingga beberapa tahun. Hingga akhirnya pada 2006, dirinya mendapat panggilan telepon dari PT Indofood Sukses Makmur.
"Kalau saya ibaratkan, yang saya tunggu ‘ikan’ kena pancingan saya tuh bukan ikan kecil tetapi ikan besar, yakni PT Indofood Sukses Makmur. Saya mendapat telepon dari PT Indofood Sukses Makmur. Mereka mengatakan sudah mempelajari proposal yang saya kirim," katanya.
Selanjutnya, PT Indofood Sukses Makmur akan mendatangi pihaknya untuk memeriksa dokumen-dokumen.
"Keesokan harinya, hadir sebanyak 6 orang dari PT Indofood Sukses Makmur dan memeriksa dokumen. Mereka menandatangani dokumen yang ada. Saya sendiri pun tidak mengerti apa maksud kedatangan dan tanda tangan mereka, "ujar Kusmayadi.
Setelah 1-2 hari dari kedatangan mereka, lanjutnya, Kusmayadi ditelepon oleh PT Indofood Sukses Makmur dan menginformasikan bahwa perusahaannya sudah menjadi rekanan resmi PT Indofood Sukses Makmur.
Keesokan harinya, PT Indofood Sukses Makmur pun minta disediakan 2 truk untuk mengambil barang yang siap diantar dari PT Gizindo Nusantara (perusahaan yang masih dimiliki PT Indofood S.M yang memproduksi merek SUN).
"Awalnya saya kaget karena order besar tersebut , memang dari spesifikasi pekerjaan yang bisa ditangani oleh CV saya salah satunya adalah transportasi. Mereka ternyata minta dipenuhi kebutuhan ekspedisi tersebut," ulas Kusmayadi.
Dirinya pun menyanggupi permintaan truk dan bekerja sama dengan perusahaan ekspedisi lain.
"Setelah pengiriman pertama ke Medan, PT Indofood Sukses Makmur pun besoknya memberikan lagi order demi order pada CV Putera Sarana Usaha hingga berlangsung selama 8 tahun berjalan," paparnya.
Dari pendapatan yang diperoleh, Kusmayadi menyisihkan untuk kebutuhan sehari-hari, biaya anak sekolah, dan menabung untuk membeli armada. Hingga sekarang di tahun 2022 ini sudah terkumpul 28 unit armada yang dimiliki oleh PT Putera Sarana Usaha.
"Sejak 2016 Februari sampai sekarang, perusahaan kami sudah mandiri tidak bergantung lagi terhadap modal orang lain atau kerja sama dengan pengiriman ekspedisi yang lain," jelasnya.
Selanjutnya, terkait legalitas yang sebelumnya berbentuk CV, diubah menjadi PT karena menyesuaikan dengan ketentuan kerja sama dengan perusahaan atau pabrik besar.
Ia menjelaskan, target pertama di 2022 dalah pembenahan manajemen internal sekaligus ekspansi bagaimana cara mendapatkan market, baik secara offline ataupun secara online.
PSU selama ini dengan pencapaian market offline sudah cukup baik dan berharap bisa optimalisasi market melalui digitalisasi.
"Perusahaan ini akan masuk ke ranah online, mendigitalisasi dalam rangka mengoptimalisasi eksplor dunia market di luar untuk semakin ekspansif," tutur Sarah Camelia Putri, S.ST yang belum lama ini menerima estafet sebagai Direktur Utama PT Putera Sarana Usaha ini.
Dengan jumlah karyawan baik staf kantor maupun lapangan yang berjumlah 70 orang, Sarah yakin bahwa PT Putera Sarana Usaha ini adalah bisnis yang prospektif.
"Karena dibutuhkan untuk mengantarkan barang atau produk milik pabrik/instansi dari satu tempat ke tempat lain. Apalagi, di zaman online seperti sekarang di mana kebutuhan ekspedisi itu sangat diperlukan," jelas Sarah.
Sementara itu, Kusmayadi menegaskan, salah satu prinsip penting yang harus dimiliki pebisnis adalah sikap bisa dipercaya oleh mitra atau siapapun pihak yang menjalin kerja sama.
Namun, tidak banyak yang bisa konsisten menjaga sikap bisa dipercaya tersebut. Pasalnya, mengucapkan janji kadang tidak mudah dalam implementasinya sehari-hari.
"Apalagi dunia usaha atau bisnis selalu bersinggungan dengan uang, celah untuk berbuat curang selalu terbuka lebar. Karenanya, dalam bisnis, soal kepercayaan harus dijunjung tinggi," ulasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Kusmayadi Bangkrut dari Usaha Percetakan, Bangkit Kembangkan Bisnis Ekspedisi
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Ronny Wicaksono |