TIMES JABAR, BANJARNEGARA – Memasarkan hasil produksi menjadi masalah pelik dan sering menimpa para pelaku UMKM di Kabupaten Banjarnegara karena ini merupakan kunci bagi kelangsungan sebuah usaha kecil menengah.

Hal ini setidaknya diakui Johan Irawan, salah satu pengusaha gula singkong asal Punggelan, Banjarnegara saat berbincang dengan TIMES Indonesia, Minggu (27/10/2024) siang. 

Johan tidak menampik hal ini karena fakta di lapangan begitu adanya dan ia mengalaminya sendiri. Ia harus berjuang matian-matian mengenalkan gula singkongnya. Tidak sebulan dua bulan, lanjut Johan. Tapi bertahun-tahun.

"Apalagi untuk produk UMKM yang dinilai asing. Ya kita memang harus bersabar dan harus ekstra dalam urusan pemasaran," ucapnya.

Johan menyampaikan apa yang dialami selama menggeluti usaha membuat gula singkong yang dirintisnya sejak 2016.

"Usaha kami perlahan bangkit dan mulai dikenal oleh masyarakat sejak mengikuti beberapa event pameran di sejumlah daerah. Itu pun dampaknya tidak langsung dirasakan," ungkapnya.

Pada tahun 2019 ia memberanikan diri ikut Serayu Expo. Tidak lama berselang Ia kemudian difasilitasi oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara mengikuti pameran di Salatiga.

Ini menjadi titik awal pengenalan produk Gula Singkong miliknya kepada masyarakat dan pelaku usaha sejenis. Walau hanya laku beberapa botol kemasan 250 mililiter saja, namun di expo, ia banyak bertemu relasi, bahkan banyak mendapat masukan dari sejumlah akademisi dan insan pers.

Masukan ini, kata Johan, menjadi spirit untuk terus melakukan inovasi produksi gula singkongnya. "Tidak sampai berhenti di sini kami juga berusaha melakukan studi banding ke sebuah bengkel rekayasa di Gamping Jogjakarta," paparnya.

Johan mengakui, sebuah usaha harus memiliki branding (filosofi) dan 3M menjadi filosofi usaha gula singkong miliknya. "3 M ini filosofi Jawa yakni Mitayani (dapat dipercaya) - tolok ukurnya bermutu, Migunani (bermanfaat) dan Mrantasi (mengatasi masalah).

Itu jadi spirit sehingga produknya kemudian bisa diterima oleh masyarakat walaupun relatif lama. Masalah produksinya masih dianggap asing, atau main main. 

"Ya dari sering mengikuti event pameran dan bergabung dengan perkumpulan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) kita kemudian dikenalkan dengan pemerhati singkong bahkan kita pernah diminta jadi narasumber di kelompok tani singkong turunan Propak Tani," imbuh Johan.

Tahun 2021 ia kembali mengikuti pameran yang diinisiasi MSI dan Kementan di Hotel Novotel, Malioboro Jogjakarta. Pameran dihadiri Dr Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, pejabat perbankan, asosiasi perhotelan dan masyarakat umum.

"Dari dari sini mulai banyak pesanan seperti dari Surabaya, Sragen, jakarta, Jabotabek, Tenggarong Kaltim," kata Johan lagi.

Untuk melayani pesanan retail, ia membuat tiga kemasan masing-masing 330 mililiter seharga Rp 20.000, 600 ml Rp 30.000 dan kemasan 1 liter Rp 50.000. Ada juga yang beli curah dalam jerigen isi 30 kg seharga Rp 510.000.

Lalu apa sih keistimewaan gula singkong dibanding gula biasa?.

Johan Irawan menyampaikan, keistimewaan diataranya rasa lebih manis dan lembut dibanding gula yang ada di pasaran. Juga dipercaya  aman dikonsumsi bagi penderita diabetes rendah. Sebab diproses tanpa kimia sehingga aman digunakan oleh semua kalangan usia.

"Gula ini juga mudah larut dalam air apapun baik air panas dan dingin. Sekarang ada dua produk yakni gula singkong cair dan kering," imbuh Johan Irawan di rumahnya , kawasan Punggelan Kabupaten Banjarnegara. (*)