TIMES JABAR, BANJARMASIN – Peringatan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia yang diperingati setiap bulan Oktober menjadi momentum pembangunan dan penataan kawasan kumuh di Indonesia. Program peningkatan kualitas permukiman kumuh Kementerian PUPR RI yang menjadi percontohan salah satunya berada di Kelurahan Kelayan Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Kementerian PUPR RI melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalsel, Ditjen Cipta Karya telah menyelesaikan penataan kawasan kumuh Kelayan Barat yang berada di sekitar Sungai Martapura dengan menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik, sekaligus menjadi destinasi wisata kebanggaan masyarakat Kota Banjarmasin. Permukiman Kelayan Barat masuk dalam kategori kawasan kumuh yang telah ditetapkan melalui SK Wali Kota Banjarmasin.
Kepala BPPW Kalsel Teuku Davis Hamid mengatakan penanganan kawasan Kelayan Barat dilakukan dengan pendekatan kolaboratif untuk mengurangi aspek kumuh di lokasi padat penduduk dalam rangka mengubah wajah kawasan dan membangkitkan peluang ekonomi yang selaras dengan permukiman layak huni. Kawasan tersebut juga dilengkapi publik space atau taman Teluk Kalayan untuk mendorong kreativitas masyarakat dan menggairahkan semangat berolahraga.
"Berdasarkan SK Walikota Banjarmasin terdapat 75 hektare kawasan kumuh. Dengan penanganan kawasan Kelayan Barat dapat tertangani 15,26 hektare," kata Teuku Davis Hamid.
Selaras dengan semangat Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia Tahun 2022 dengan tema Kolaborasi Pentahelix dalam Pembangunan Permukiman dan Perumahan Perkotaan menuju Nol Kumuh, penataan kawasan Kelayan Barat menjadi contoh yang baik kegiatan kolaborasi berbagai pihak, utamanya antara Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR dengan Pemerintah Kota Banjarmasin.
Program penataan kawasan kumuh Ditjen Cipta Karya ini juga teritegrasi dengan program Ditjen Perumahan melalui pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau yang populer dikenal sebagai bedah rumah untuk mengurangi jumlah rumah tidak layak huni (RTLH).
"Kawasan Kelayan ini menjadi prioritas penanganan pemukiman kumuh dengan berkolaborasi bersama Kota Banjarmasin untuk pembebasan lahan pembangun rusunawa, dan bisa kita lihat perubahan pada permukimannya sangat signifikan," kata Teuku Davis Hamid.
Penataan kawasan kumuh Kelayan Barat mulai dikerjakan sejak kontrak 20 April 2020 dan telah selesai pada 10 Desember 2021 dengan kontraktor pelaksana PT Media Cipta Perkasa. Anggaran penataan bersumber dari APBN senilai Rp44 miliar untuk pembangunan jalan lingkungan, pile slab siring, perbaikan drainase, pekerjaan drop off area, plaza, amphitheater, lapangan futsal mini, gerbang kawasan, area parkir, toilet, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Kalimantan II, Ditjen Perumahan Rudi Yunanto mengatakan, Rusun Teluk Kelayan dibangun 1 tower sejak 2018 dengan kontraktor PT Nindya Karya. Rusun terdiri dari 58 unit tipe 36 setinggi 4 lantai yang dilengkapi dengan 2 tempat tidur, meja tamu, meja makan dan perlengkapan lainnya.
"Lantai pertama diisi 10 unit hunian, di mana 6 di antaranya diperuntukan bagi difabel. Sisanya untuk masyarakat berpenghasilan rendah," kata Rudi Yunanto.
Sementara salah satu warga Kelayan Barat, Rohayati mengaku sangat merasakan manfaat dari penataan Kawasan Kelayan Barat oleh Kementerian PUPR RI itu. "Sekarang gak perlu jauh-jauh untuk olahraga, sekarang tiap minggu ada Zumba, tiap hari ada yang main Futsal, bukan hanya warga sini saja, dari Pekauman Belakang juga ada. Sangat bermanfaat sekali, kami juga bersyukur," ucap Rohayati. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Penataan Permukiman Kumuh Kelayan Barat Jadi Contoh Kolaborasi Kementerian PUPR RI dan Pemkot Banjarmasin
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |