TIMES JABAR, MALANG – Pemerintah Jerman kembali memangkas prediksi pertumbuhan ekonominya. Ekonomi Jerman sudah mulai mengalami kontraksi pada 2023 lalu. Negara ini terpukul keras oleh perlambatan industri, permintaan ekspor yang menurun, dan melonjaknya harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Harapan bahwa meredanya inflasi dan pemotongan suku bunga pertama oleh Bank Sentral Eropa akan mendorong pemulihan tahun ini, tampaknya semakin tidak tercapai dalam beberapa bulan terakhir. Penyebabnya adalah permintaan di dalam dan luar negeri tetap lemah.

Lembaga ekonomi terkemuka Jerman baru-baru ini juga menurunkan perhitungan mereka, dan sekarang memperkirakan ekonomi akan stagnan atau menyusut sebesar 0,1 persen tahun ini.

Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, dijadwalkan secara resmi mengumumkan angka ini pada Rabu (09/10/2024) mendatang.

Sejumlah lembaga ekonomi besar di Jerman bahkan telah merevisi proyeksi mereka. "Ekonomi masih terhambat oleh rendahnya minat belanja dari konsumen," tulis Sueddeutsche Zeitung dalam laporannya.

Selain tekanan eksternal, Jerman juga menghadapi tantangan struktural, seperti ketatnya persaingan dengan China, kekurangan tenaga kerja terampil, serta proses transisi energi hijau yang cukup rumit. Meski begitu, pemerintah tetap optimistis bahwa ekonomi akan pulih pada 2025.

Pemerintah Jerman merencanakan berbagai langkah untuk memacu pemulihan, termasuk keringanan pajak, pengurangan harga energi industri secara permanen, serta penyederhanaan birokrasi. Insentif juga akan diberikan untuk mempertahankan pekerja lanjut usia dan menarik tenaga kerja asing yang terampil.

Habeck juga optimistis jika langkah-langkah ini dijalankan dengan benar, ekonomi Jerman bisa tumbuh lebih kuat dalam dua tahun ke depan.

Prediksi terbaru pemerintah Jerman juga menunjukkan bahwa pada 2025 ekonomi akan tumbuh sebesar 1,1%, sementara pada 2026 diperkirakan akan mencapai 1,6%. (*)